Lanjut ke konten

Hepatitis A

31 Maret 2010

Hepatitis A adalah penyakit infeksi menular yang menyerang hati dan disebabkan oleh Virus Hepatitis A ( HAV, Hepatitis A Virus). Simptom utama penyakit ini yaitu terjadi peradangan di hati ( hepatitis). Penyakit ini tidak pernah berlangsung kronis ( hanya akut saja) dan biasanya sembuh tanpa komplikasi berarti secara spontan. Penyakit Hepatitis A ini di sebarkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi, karena itu penyakit ini jarang di temukan di negara2 maju dengan tingkat higienitas/ kebersihan tinggi seperti di eropa. Walaupun demikian, penyakit ini tetap ada di negara2 tersebut sebagai penyakit “import” yang di bawa para turis ketika pulang ke negaranya. Saat ini perlindungan terbaik melawan penyakit ini yaitu vaksinasi Hepatitis A.

Penyebaran HAV


HAV tersebar mulai dari asia tenggara, timur tengah, afrika, hingga rusia dan amerika latin. Seperti di sebutkan di zona yang bebas HAV pun masih tetap ada penyakit hepatitis ini karena arus mobilisasi manusia, yang membawa virus ke daerah2 tsb setelah terinfeksi di daerah beresiko tinggi sehingga kadangkala muncul juga “wabah” lokal hepatitis A di zona bebas Hepatitis A.

Cara penularan

Penularan virus  ini terjadi secara fekal-oral ( tinja/urin-tangan-mulut) melalui kontak dengan sumber virus. Walaupun penyebaran secara seksual tidak setinggi resiko Hepatitis B dan C, tetapi melalui cara ini HAV tetap bisa di tularkan ( terutama di kalangan homoseksual) dengan cara Rimming atau Anilingus (menjilati anus)  , Scat dan Koprophilie ( pemuasan seksual dengan feces/tinja). Di negara2 dengan standard higiene/kebersihan tinggi, penyebaran utama melalui anak anak karena infeksi berlangsung tanpa menimbulkan simptom. Risio tinggi akan terkenanya virus ini juga pada sayuran yang di pupuk dengan tinja manusia, sehingga proses pembersihan sayuran yang kurang memadai dan tanpa di masak ( salat) bisa menyebabkan seseorang terinfeksi.

Hepatitis

29 Maret 2010

Hepatitis (bahasa yunani hepar, ἧπαρ, hati ) adalah suatu peradangan hati yang terjadi karena berbagai macam faktor penyebab. Secara klinik, kelangsungan hepatitis dibedakan menjadi 2, yaitu secara akut dan kronis. Di sebut kronis, jika peradangan atau infeksi yang terjadi lebih dari 6 bulan.

Pada permulaan suatu hepatitis selalu adanya kerusakan atau kehancuran sel-sel hati (hepatocyte). Penyebab Hepatitis yang paling sering adalah karena Infeksi Virus dan Autoimmune Hepatitis (AIH)

Penyebab karena Infeksi

  • Penyebab infeksi virus “klasik” :
    • Hepatitis A
    • Hepatitis B
    • Hepatitis C
    • Hepatitis D (hanya bersamaan dengan Hepatitis B)
    • Hepatitis E
  • Hepatitis karena infeksi virus lainnya :
    • Virus Epstein-Barr
    • Sitomegalivirus
    • Mumps virus
    • Rubella virus
    • Adenoviruses
    • Enteroviruses/Coxsackievirus
    • Virus Herpes-simplex (pada sepsis herpes)
    • Varizella-Zoster-Virus (cacar air )
  • Bakteri dan jamur penyebab hepatitis :
    • Coxiella burnetii ( Q-fever)
    • Mycobacterium tuberculosis (Tuberkulosis)
    • Leptospirosis
    • Treponema pallidum (Sifilis)
    • Salmonella und Shigella
    • Rickettsia
    • Borrelia
    • Jamur Candida
    • Cryptosporidiosis
  • Parasit :
    • Plasmodium (Malaria)
    • Amoeba
    • Leishmania (Leishmaniosis)
    • Toxoplasma gondii (Toxoplasmosis)
    • Echinokokkus
    • Schistosoma (Schistosomiasis)
    • Cacing Ascaris

Hepatitis karena zat toksin ( hepatotoxicity)

Berikut adalah macam-macam hepatotoxicity:

  • Hepatitis karena Alkohol
  • Hepatitis karena Obat2an : misalnya Diclofenac, Chlorpromazine, Isoniazid, Paracetamol, Methotrexat, Chelidonium
  • Hepatitis karena Keracunan (Racun Jamur: Aflatoxin)

Penyebab fisikalis

  • Hepatitis setelah radiation therapy (atau radioterapi)
  • Hepatitis setelah trauma/kecelakaan

Penyebab Imunpatologis

  • Sarkoidosis
  • Autoimmune hepatitis
  • Primary biliary cirrhosis

Erysipelas

18 Mei 2009

Erysipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di sebabkan oleh bakteri Streptokokkus pyogenes . Erysipel biasanya bermula dari luka kecil dan muncul di bagian wajah, tangan dan kaki. Kata “Erysipelas” berasal dari bahasa kedokteran latin kuno, dan di perkirakan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu dari bahasa yunani ἐρυθρός (erythrós) «kemerahan», «merah» dan dari bahasa latin πέλλα (pélla) «kulit».

Simptoma dan Gambaran Klinis

Setelah masa inkubasi berlangsung sekitar 2 sampai 5 hari, Erysipelas muncul bersamaan dengan demam (sampai 40°C) dan menggigil. Setelah beberapa jam baru tampak perubahan di bagian kulit yang terinfeksi. Kulit terlihat kemerahan, bengkak, terasa sakit dan menjadi panas. Seiring dengan bertambah parahnya infeksi, lepuhan/gelembung kulit, hemoragis , dan phlegmon mungkin terjadi. Juga pembengkakan nodus limfa di sekitar infeksi tidak jarang di temukan. Bagian yang paling sering terkena yaitu betis dan wajah.  Hasil lab menunjukkan adanya leukositosis,  meningkatnya Laju Endap Darah atau erythrocyte sedimentation rate (ESR),  juga C-reaktive protein.

Terapi

Pengobatan Erysipelas dilakukan secara sistemis (intravena) dengan pemberian penisilin selama 14 hari ( jika infeksi pertama kali) atau 21 hari (jika residiv/terjadi berulang kali). Pengecualian dengan pemberian Antibiotik secara oral (diminum) hanya pada kasus tertentu saja. Selain penisilin, bisa juga diberikan sefalosporin (Cephalosporine) seperti Cefazolin. Resisten terhadap penisilin hampir tidak pernah terjadi sehingga bukan menjadi masalah utama dalam pengobatan. Selain itu, terapi tambahan yang bisa dilakukan yaitu menutup bagian kulit dengan kain lembab dan dingin, juga penggunaan cairan antiseptic sangat di anjurkan. Bagian tubuh yang di duga sebagai tempat masuknya bakteri juga harus mendapat perhatian khusus (seperti jika terjadi jamuran di kaki, ini juga harus di beri pengobatan anti jamur) supaya tidak terjadi residiv.

Pada Atypical Erysipelas  atau terapi yang resisten, pengobatan dilakukan dengan Flucloxacillin (intravena); Ciprofloxacin; atau kombinasi beberapa antibiotik.  Clindamycin di berikan pada pasien dengan alergi penisilin.

Secara umum, Pasien diharuskan bed rest (Tirah baring), profilaktis terjadi trombose bisa di lakukan sesuai faktor risiko, serta pengobatan penyakit bawaan.

Diferensial diagnosa

Erysipelas harus bisa di bedakan dengan penyakit kulit yang mirip dengan infeksi ini. Diantaranya yaitu Dermatitis kontak (contact dermatitis), hanya saja keadaan pasien normal dan tidak menunjukkan tanda patologis dari hasil lab. Selain itu juga pada angioedema, dimana kemerahan kulit tidak begitu jelas dan pasien tidak demam. Erysipeloid juga merupakan infeksi yang mirip dengan erysipelas, tetapi infeksi ini di sebabkan oleh bakteri  Erysipelothrix rhusiopathiae. Biasanya muncul karena terjadi kontak/bersentuhan dengan daging terkontaminasi bakteri ini pada kulit yang lecet atau terluka. Pekerja di tempat penyembelihan hewan sangat rawan dengan Erysipeloid ini.